Babak Belur Dihajar Realita

Beli Disini

Aku pernah terkapar berkali-kali, jatuh, kecewa, sedih, dan lain sebagainya. Aku seakan berada di atas hamparan pasir, haus, dan kekeringan tapi sedikit pun aku tidak menemukan mata air waktu itu. Kanan kiriku dipenuhi dengan pikulan, depan belakangku diisi dengan kepungan. Aku seakan dihantam bertubi-tubi oleh sesuatu, ditikam waktu, hingga aku membiru. Aku mencoba menggoreskan pena, berniat menumpahkan semua isi kepala. Aku pikir sedihku berakhir, justru sedihku kian berdesir. Aku, manusia dengan warna abu-abu, egois, dan menggebu-gebu. Bermuatan teriakan isi kepala, diam di antara keramaian, sepi di antara kegaduhan. Aku, berulang-ulang harus merasakan sakit saat terdiam, harus menikmati pelangi di ruang kegelapan. Kita "gapapa-in lagi, ya?" Aku? Ribuan kali aku terus dipaksa untuk menerima! Berusaha tidak menciptakan dendam saat marah, tidak mengeluh saat aku dicambuk oleh waktu. Apa hasilnya? Babak belur ditikam realita, dihantam keluh kesah, diikat melilit oleh kata. Aku hancur berkeping keping, langitku gelap, hitam, dan pekat. Memang benar, menerima bukanlah hal yang gampang. Bahkan bab tersulit dari kehidupan adalah penerimaan. Semesta, bawa aku ke langitmu yang membiru, yang jingga saat sore tiba, yang gelap saat malam mulai merayap. Ajak aku menaiki awan putih pagimu, lalu berkeliling mengitari. Aku ingin melihat bagaimana orang lain bisa bertahan saat manusia diterkam kenyataan.
#buku
#bukumotivasi
#bukupengembangandiri
#babakbelurdihajarrealyta
#baca
#bacabuku 
#bukubagus 
#bukukeren 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berdamai Dengan Diri Sendiri

Magnet Rezeki